Kita berhak tuk saling melepas
Kita berhak mencari bahagia
Meski tawa tak seperti yang kita rangkai sebelumnya
Hingga di akhir kita mengerti
Berpisah adalah pilihan yang senantiasa kita tunda
Awalnya angin terasa sejuk ya
Namun, semenjak semua berbeda
Mungkinkah kau merasa semua terasa gerah?
Entah karna emosiku atau memang langit yang terlihat begitu cerah
Di akhir aku mengerti
Ternyata kita hanyalah senja
Hadir dengan keindahan yang memanjakan mata
Dan hari itu aku tau ada pipi yang merah merona
Berharap rasa saat itu adalah cinta
Aku salah menilai takdir
Aku salah menebak jawaban sang waktu
Bagiku kau memang adalah senjaku
Pembawa keindahan namun, meninggalkan malam yang kelam
Mahastudent's Life
Mahasiswa penulis amatiran. Temukan Untaian kata, Puisi, hingga Tips&Trick seputar kehidupan mahasiswa disini!
Cari Postingan...
Thursday, May 21, 2020
Thursday, February 20, 2020
Artikel: Tak Seperti Yang Terlihat
Ketika perjalanan hidup semakin jauh dilalui, beraneka ragam jenis manusia yang harus ditemui
Ada senyum, canda, tangis dan perih yang bercampur di dalam dada
Ketika rasa harus dikubur dalam liang yang takkan diketahui banyak orang
Di mana berhasil kuteriakkan ketidak adilan sambil membiarkan air mata mengalir deras layaknya sungai kecil
Kemana harus kuberlari?
Saat para telinga tertutup dan mulutnya hanya berpesan ada kekuatan disetiap kelemahan yang menikam
Adakala kau bukan kekurangan motivasi hanya menginginkan sejenak untuk mengerti bahwa ada luapan bara yang seharusnya dikeluarkan tanpa harus disalahkan
Aku yakin tiap kita pernah melalui titik di mana kita merasa tiada 1 manusia pun yang bersedia di samping
Bahkan saat pedihmu kau ceritakanpun mereka masih menganggapmu kuat untuk mendengarkan pedihnya
Ada senyum, canda, tangis dan perih yang bercampur di dalam dada
Ketika rasa harus dikubur dalam liang yang takkan diketahui banyak orang
Di mana berhasil kuteriakkan ketidak adilan sambil membiarkan air mata mengalir deras layaknya sungai kecil
Kemana harus kuberlari?
Saat para telinga tertutup dan mulutnya hanya berpesan ada kekuatan disetiap kelemahan yang menikam
Adakala kau bukan kekurangan motivasi hanya menginginkan sejenak untuk mengerti bahwa ada luapan bara yang seharusnya dikeluarkan tanpa harus disalahkan
Aku yakin tiap kita pernah melalui titik di mana kita merasa tiada 1 manusia pun yang bersedia di samping
Bahkan saat pedihmu kau ceritakanpun mereka masih menganggapmu kuat untuk mendengarkan pedihnya
Saturday, December 21, 2019
Langkahmu yang beranjak
Lihatlah
Bisakah aku menyalahkan mereka yang datang?
Haruskah aku mengabaikan semua tamu yang mengetuk pintuku?
Hanya karna kau pergi tepat saat mereka berkunjung
Saat kau mulai keluar
Kau tau! Ada bulir air mata yang harus kutahan yang berpura-pura tertawa dan sibuk bercerita. Sebab tak mampu aku berteriak memanggilmu kembali
Aku! Yang tak mampu berkata tetaplah di sini. Aku yang tak tau mencari alasan bagaimana menahan langkahmu tuk tak lagi beranjak. Seakan kita hanyalah orang asing di mana aku tak mampu mengucapkan inginku.
Haruskah aku kehilanganmu?
Apakah ini adalah latihan sebelum kita benar-benar tak lagi bertemu?
Adakah pernah matamu mencari sosokku?
Akankah bisa pikiranmu sejenak tuk memikirkanku?
Bisakah aku menyalahkan mereka yang datang?
Haruskah aku mengabaikan semua tamu yang mengetuk pintuku?
Hanya karna kau pergi tepat saat mereka berkunjung
Saat kau mulai keluar
Kau tau! Ada bulir air mata yang harus kutahan yang berpura-pura tertawa dan sibuk bercerita. Sebab tak mampu aku berteriak memanggilmu kembali
Aku! Yang tak mampu berkata tetaplah di sini. Aku yang tak tau mencari alasan bagaimana menahan langkahmu tuk tak lagi beranjak. Seakan kita hanyalah orang asing di mana aku tak mampu mengucapkan inginku.
Haruskah aku kehilanganmu?
Apakah ini adalah latihan sebelum kita benar-benar tak lagi bertemu?
Adakah pernah matamu mencari sosokku?
Akankah bisa pikiranmu sejenak tuk memikirkanku?
Saturday, August 10, 2019
Coretan kekalahan
Langkahku yang mulai gontai
Menyaksikan kisah tragis di depan mata
Bolehkah aku menangis di hadapanmu?
Bolehkah ku keluarkan semua amarah dalam jiwaku?
Aku pernah berlari sekencang-kencangnya
Aku pernah begitu damai di bawah sang badai
Namun nyatanya aku tetap saja terhempas
Hingga air mata yang mampu menjelaskan semua yang terjadi
Jangan mendekat lagi
Biarkan kita menjauh tanpa pernah saling bertatap lagi
Kini aku tak lagi ingin peduli
Tentang betapa sakitnya mencintai
Menyaksikan kisah tragis di depan mata
Bolehkah aku menangis di hadapanmu?
Bolehkah ku keluarkan semua amarah dalam jiwaku?
Aku pernah berlari sekencang-kencangnya
Aku pernah begitu damai di bawah sang badai
Namun nyatanya aku tetap saja terhempas
Hingga air mata yang mampu menjelaskan semua yang terjadi
Jangan mendekat lagi
Biarkan kita menjauh tanpa pernah saling bertatap lagi
Kini aku tak lagi ingin peduli
Tentang betapa sakitnya mencintai
Sunday, April 7, 2019
UNTAIAN KATA: Apa aku terlambat
Sebuah rasa mulai menggerogoti jiwa
Penyesalan kini mulai terasa saat kau tak lagi ada disampingku
Kau dimana?
Sudah lelahkah?
Aku mohon jangan berhenti saat hatiku terbuka dan menerimamu
Jika dipertengahan jalan ini kau ingin mengakhiri rasa lalu mengapa dulu kau berjuang meyakinkan cinta
Aku membencimu
Membencimu yang dengan berani menciptakan nyaman dihati
Aku tak tau siapa yang salah aku yang tak menghargai setiap senyum yang kau cipta atau kau yang pergi kala hatiku mencinta
Penyesalan kini mulai terasa saat kau tak lagi ada disampingku
Kau dimana?
Sudah lelahkah?
Aku mohon jangan berhenti saat hatiku terbuka dan menerimamu
Jika dipertengahan jalan ini kau ingin mengakhiri rasa lalu mengapa dulu kau berjuang meyakinkan cinta
Aku membencimu
Membencimu yang dengan berani menciptakan nyaman dihati
Aku tak tau siapa yang salah aku yang tak menghargai setiap senyum yang kau cipta atau kau yang pergi kala hatiku mencinta
Foto: keindahan pesona pantai
Monday, April 1, 2019
PUISI: Akhir Kisah
(Oleh : Althafunis)
Ada hati yang resah
Saat jiwa mulai gelisah
Seperti kehilangan arah
Merintih aku lelah
Dalam bias malam sepi
Ada serpihan rindu di sini
Kurajut seorang diri
Meski perih tak peduli
Aku bisa apa jika rasa telah musnah
Terbakar oleh api amarah
Memandang dengan pasrah
Entah ... mungkin rasa telah pindah
Serang, 22 Maret 2019
Orang yang kehilangan arah oleh fananya dunia
Saturday, March 23, 2019
PUISI : Langit yang Tak Bergerak
Setelah matahari mulai meninggalkan langit
Dengan warna yang begitu indah
Diwaktu aku duduk dan mulai menikmati
Rasi bintang di langit gelap
Kadang ku berpikir seberapa besar lukisan ku jika ia adalah kanvas ku
Berapa tebal lembaran cerita yang akan ku tulis jika ia kertas ku
Ku mulai bertanya pada mu tentang ku
Bahkan jika kau tak jujur
Ia itu memang tak bergerak
Yah hanya stay di tempat
Matahari terbit dan kemudian tenggelam
Begitupun rembulan kadang begitu terang namun redup oleh awan
Hanya bumi yg bergerak
Aku tau ini bukan benar atau salah
Tapi ini tentang jalan yang kau pilih
Mulai saat ini kebahagian itu memang mudah didapat
Tapi yang sebenarnya adalah bagaimana kau bisa membagi kebahagiaan itu.
Dengan warna yang begitu indah
Diwaktu aku duduk dan mulai menikmati
Rasi bintang di langit gelap
Kadang ku berpikir seberapa besar lukisan ku jika ia adalah kanvas ku
Berapa tebal lembaran cerita yang akan ku tulis jika ia kertas ku
Ku mulai bertanya pada mu tentang ku
Bahkan jika kau tak jujur
Ia itu memang tak bergerak
Yah hanya stay di tempat
Matahari terbit dan kemudian tenggelam
Begitupun rembulan kadang begitu terang namun redup oleh awan
Hanya bumi yg bergerak
Aku tau ini bukan benar atau salah
Tapi ini tentang jalan yang kau pilih
Mulai saat ini kebahagian itu memang mudah didapat
Tapi yang sebenarnya adalah bagaimana kau bisa membagi kebahagiaan itu.
![]() |
Foto : Bumi yang Merindu Sang Fajar |
Subscribe to:
Posts (Atom)